Biografi Abu Bakar Ash Shiddiq: Sahabat Rasulullah yang Penuh Kebaikan

Biografi Abu Bakar Ash Shiddiq: Sahabat Rasulullah yang Penuh Kebaikan

Saat zaman khalifah Abu Bakr al-Siddiq, dia menghabiskan semua uangnya untuk kepentingan Islam.

Dia segera membebaskan orang-orang dan membantu mengakhiri penderitaan kaum Muslim yang tertindas.

Ketika dia mengambil jabatan khalifah setelah kematian Nabi, dia mengikuti jejaknya dalam memberi perhatian kepada orang miskin yang kesusahan dan membutuhkannya.

Dia bahkan memimpin perang terhadap Redda (murtad) dalam pembelaan atas hak kaum miskin yang diwajibkan oleh Allah sebagai kewajiban bagi orang kaya, setelah para murtad berhenti mengamati pilar besar Islam ini, terutama zakat yang menegakkan masyarakat yang menikmati solidaritas antara kaum miskin dan kaya.

Siapa Abu Bakar As Siddiq?

Abu Bakr Siddiq (R.A.) lahir di Makkah pada tahun 573 Masehi, dua tahun dan beberapa bulan setelah kelahiran Nabi Muhammad (S.A.W.).

Abu Bakr (R.A.) dibesarkan dalam keluarga yang baik-baik, sehingga dia mendapatkan harga diri yang besar dan status yang mulia.

Ayahnya, Utsman Abu Quhafah, menerima Islam pada Hari Kemenangan di Makkah. Ibunya, Salma bint Sakhar, yang juga dikenal sebagai Umm Al Khair, memeluk Islam dengan cepat, dan berpindah ke Madinah.

Nama Abu Bakr berarti ‘ayah dari unta’ dalam bahasa Urdu, dan dipercayai bahwa julukan ini diberikan padanya ketika dia menghabiskan waktu bersama suku Badui yang asli dari daerah tersebut.

Bagian lain dari namanya, ‘al-Siddiq’, berarti ‘yang paling jujur’. Muhammad memberikan nama ini kepadanya karena kesetiaannya dan kepercayaannya pada firman Allah atau ‘Allah’.

Baca juga: Mengenal Jabal Rahmah: Menyaksikan Titik Bertemunya Adam dan Hawa

Abu Bakar dan Nabi Muhammad

Abu Bakar memilki peran penting dalam konsolidasi kekuasaan Nabi Muhammad. Dia adalah anggota suku Quraisy yang sangat dominan di Mekkah, rumah para umat Islam.

Banyak yang percaya jika Abu Bakar adalah pengikut pria pertama bagi Nabi Muhammad, itulah kenapa Nabi sangat menghargainya karena kesetiannya tersebut.

Nabi telah menikahkan Abu Bakar dengan anaknya, Aishah, hingga memperoleh beberapa pengaruh di kalangan Quraisy.

Hingga menyebabkan Nabi Muhammad diasingkan dari Madinah, tetapi mertua beliau tetap mengikutinya. Ketika mereka kembali, Nabi sedang jatuh sakit setelah menunaikan ibadah haji.

Bisa dikatakan, Abu Bakar adalah orang kepercayaan nabi, tangan kanannya dan selalu ada di sana untuk memimpit shalat.

Pernikahannya dengan Aishah

Abu Bakar menikah dengan puteri Rasulullah, Aishah, yang juga merupakan isterinya ketiganya.

Daya tarik fisik, kecerdasan, dan kecerdasan Aishah, bersama dengan kehangatan hubungan mereka yang sungguh-sungguh, menjamin tempatnya di hatinya.

Dikatakan bahwa pada tahun 627 dia menemani Nabi dalam sebuah ekspedisi namun terpisah dari kelompok tersebut.

Ketika dia kemudian diantar kembali ke Madinah oleh seorang pria yang menemukannya di padang gurun, musuh-musuh Muhammad mengklaim bahwa dia telah tidak setia.

Wahyu Al-Quran kemudian menegaskan kebersihannya, Al-Quran juga mengkritik dan menetapkan hukuman bagi mereka yang memfitnah wanita-wanita yang jujur.

Kehidupan Awal Abu Bakar

Kehidupan awal Abu Bakar As Siddiq disertai komitmennya dalam bidang perdagangan dan bisnis.

Abu Bakar adalah seorang pedagang sukses dan terkenal karena kejujuran dan integritasnya dalam bertransaksi. Reputasinya mengenai kejujuran membuat beliau menjadi sosok yang sangat dipercaya oleh penduduk Mekkah.

1. Pindah ke Islam

Momen paling penting Abu Bakar As Siddiq adalah saat beliau convertke Islam. Momen ini terjadi tepat saat Nabi Muhammad menerima wahyu ilahi pada tahun 610 M.

Abu Bakar adalah salah satu orang pertama yang memeluk kepercayaan baru yang dibawakan oleh Nabi Muhammad.

Keyakinannya kuat, dukungannya teguh terhadap Nabi Muhammad telah cukup membuktikan kalau Abu Bakar adalah instrumen terpenting dalam awal-awal tahun kebangkitan Islam.

2. Penyebar Pesan Islam

Peran Abu Bakr dalam Islam Awal Abu Bakr memainkan peran penting dalam menyebarkan pesan Islam selama masa kecilnya.

Dia menggunakan kekayaan dan pengaruhnya untuk membantu Muslim yang dianiaya dan mendukung misi Nabi Muhammad.

Dedikasinya dan komitmennya membuatnya mendapatkan tempat yang penting di antara para sahabat Nabi.

3. Masa Kekhalifahan Abu Bakar

Setelah kematian Nabi Muhammad pada tahun 632 M, Abu Bakr dipilih sebagai Khalifah pertama (penerus) Islam.

Kepemimpinannya selama periode penting ini membantu menstabilkan komunitas Muslim dan mencegah pertikaian internal.

Di bawah kekhalifahannya, ekspansi Islam dimulai, yang mengarah pada penyebaran Islam yang cepat di luar Semenanjung Arab.

Baca juga: Sejarah Kota Thaif dan Kisah Perjuangan Dakwah Rasulullah SAW

4. Abu Bakar dalam Al Quran

Abu Bakar juga mengambil peranan penting dalam mengumpulkan Quran.

Dengan dorongan dari isteri Nabi Muhammad, Aisyah, Abu Bakar mengambil tugas untuk mengumpulkan dan mengorganisir ayat-ayat Al Quran yang tersebar hingga menjadi satu.

5. Abu Bakar yang Rendah Hati

Abu Bakar memiliki posisi yang sangat tinggi sebagai sahabat nabi dan khalifah umat islam, namun siapa sangat bahwa beliau adalah sosok yang amat rendah hati dan sederhana.

Dia menjalani kehidupannya dengan sederhana, jauh dari kawa kemewahan dan harta. Ia bertindak seperti itu sebagai bentuk perceminan islam yang menekankan nilai-nilai kesederhanaan, belas kasihan, dan pelayanannya kepada orang lain.

6. Warisan Abu Bakar

Warisan Abu Bakar selalu berdiri abadi dari masa ke masa. Imannya teguh, dedikasinya berada pada keadilan, serta kerendahan hati beliau terus menjadi sumber inspirasi bagi umat Islam di seluruh dunia.

Sungguh ia menjadi inspirasi yang menyebarkan nilai-nilai ketulusan dan integritas dalam kehidupan sehari-hari.

Perjalanan Abu Bakar Mencari Islam

Abu Bakar as Siddiw telah menerima Islam setelah pencarian panjangnya kepada agama sejatinya.

Faktanya Abu Bakar adalah pria pertama yang merespon dan mempercayai Nabi Muhammad SAW, lalu berpindah ke agama Islam.

Penerimaan ini juga adalah hasil dari persahabatan teguh dengan Nabi Muhammad SAW. Abu Bakar dapat melihat kalau Nabi Muhammad adalah seseoran gyang jujur dan mulia, ia tidak pernah berbohong kepada orang lain.

Momen saat Abu Bakar memeluk Islam adalah kabar yang sangat gambira. Abu Bakar adalah sumber kemenangan bagi Umat Islam. Ia dekat dengan suku Quiraish, namun karakter mulianya telah meninggikan Abu Bakar.

Sebenarnya Abu Bakar memang meragukan validitas penyembahan berhala dan memiliki antusiasme yang kecil sekali terhadap penyembahan ini.

Abu Bakar dan Nabi Melakukan Khotbah Pertama Islam

Saat ia menerima Islam, sehingga ia dengan antusiasmenya menarik orang lain juga untuk mengikuti jalannya menuju Islam.

Saat anggota umat Muslim sudah mencapai 39 orang, Abu Bakar meminta izin kepada Nabi Muhammad untuk memanggil orang-orang secara terbuka untuk memluk Islam.

Nabi Muhammad pun memberikan persetujuannya dan mereka semua pergi ke Masjidil Haram, Mekkah untuk berkhotbah. Khotbah tersebut merupakan yang eprtama kali dalam sejarah Islam.

Saat itu banyak sekali orang-orang kafir dari suku Quraish yang mendengat khotbahnya, lalu menyerang Abu Bakar dan umat muslim lainnya di penjuru negara.

Abu Bakar sempat dipukuli begitu parah sampai pingsan dan hampir meninggal. Namun saat sadar, ia bertanya “Bagaimana kabar Nabi?”

Meskipun dalam keadaannya yang luka-luka, pikiran yang pertama terlintas dalam pikirannya adalah Nabi Muhammad.

Istrinya, Qutaylah, tidak menerima Islam dan dia menceraikannya. Istrinya yang lain, Um Ruman, menjadi seorang Muslimah. Semua anaknya, kecuali Abul Rehman, menerima Islam.

Migrasi ke Madinah

Islam berkembang pesat di Mekkah, membuat para musuh islam menjadi lenih kesal lagi karena pertumbuhan ini.

Akhirnya banyak pemimpin Mekkah yang ingin menyingkirkan Nabi Muhammad karena menganggap islam adalah ancaman bagi kedudukan kekuasaan mereka.

Allah lalu mewahyukan Nabi Muhammad untuk berhijrah ke Madinah, tepatya ke rumah Abu Bakar As Siddiq, yang telah dulu bermigrasi ke Madinah.

Nabi menceritakan ia telah diperintahkan Allah untuk pergie ke Madinah malam itu, lalu memilih Abu Bakar untuk bergabung dengannya dalam hijrahnya.

Hati Abu Bakr penuh dengan kegembiraan, “Saya telah menantikan hari ini selama berbulan-bulan,” serunya.

Para penduduk Makkah sangat ingin menemukan Nabi dan mencarinya tanpa henti.

Nabi sallallahu ‘alayhi wa sallam tetap tenang dan berkata kepada Abu Bakr, “jangan takut, sesungguhnya Allah beserta kita”.

Kata-kata seperti itu dengan cepat menenangkan Abu Bakr dan membawa kembali ketenangan ke dalam hatinya.

Perang Badar dan Uhud

Perang Badar adalah pertempuran besar pertama antara umat Muslim dan orang-orang kafir Makkah yang terjadi di Badar, dekat Madinah, pada tanggal 17 Ramadan, 2 H (13 Maret 624 M).

Dalam Perang Badar, Abu Bakr (R.A.) adalah salah satu penjaga tenda Nabi dan dipercayakan untuk menjaga keselamatannya.

Ibn Asaker melaporkan bahwa Abdul Rahman, putra Abu Bakr Siddiq, berada bersama orang-orang kafir pada Hari Badar. Ketika dia menjadi seorang Muslim, dia berkata kepada ayahnya:

“Kamu terbuka bagi saya pada Hari Badar dan saya berpaling dari kamu, saya tidak membunuhmu.”

Abu Bakar berkata, “Bagi saya, jika kamu terbuka bagi saya, saya tidak akan berpaling dari kamu.”

Dalam situasi ini, keagungan iman Abu Bakr tercerminkan kejujurannya dan ketulusannya dalam mengutamakan cinta kepada Allah dan Rasul-Nya di atas segalanya.

Abu Bakar benar-benar menerapkan pedoman yang ditegaskan dalam Al-Quran dan Hadis.

Abu Bakr tidak akan pernah mencintai putranya yang kafir, karena kesetiaannya kepada Allah dan Rasul-Nya.

Dalam pertempuran Uhud, yang terjadi setahun setelah Badar, orang-orang kafir memenangkan pertempuran karena para pemanah meninggalkan tempat mereka di puncak gunung Uhud.

Hanya sekitar belasan orang yang selamat bersama Nabi pada saat itu, salah satunya adalah pengikut setia Abu Bakar.

Baca juga: Mengenal Jabal Uhud: Menapak Jejak Sejarah Pertempuran Uhud

Perang Ridda

Menjadi pemerintah Arab yang besar dan beragam tentu bukan menjadi tugas yang mudah bagi pemimpin tunggal. Inilah tantangan yang harus ditangani oleh Abu Bakar selama masa pemerintahan kekhalifahannya.

Salah satu masalahnya adlaah suku-suku otonom yang menolak membayar zakat Islam, yang tujuannya untuk membantu orang miskin dalam masa kekhalifahan.

Bahkan beberapa suku telah melakukan murtad sepeninggalnya kematian Nabi Muhammad SAW. Mereka berpikir jika mereka murtad, mereka tidak perlu membayar zakat.

Abu Bakar tidak tinggal diam, ia melakukan serangkaian kampanye militer untuk menguatkan kontrol muslim, hingga disebut sebagai Perang Ridda atau Perang Murtad yang berlangsung sejak tahun 632 sampai 634.

Pasukan Abu Bakr pada umumnya berhasil, sebagian besar karena kejeniusan militer Khalid ibn al-Walid. Karena ini juga, akhirnya Abu Bakar memberikan gelar “Sword of Allah” kepada Khalid Ibn al-Walid.

Dalam beberapa tahun, semua kampanye berakhir dengan kemenangan bagi Abu Bakr dan Khalid ibn al-Walid. Mereka juga menaburkan benih untuk kemajuan lebih lanjut ke wilayah Kekaisaran Bizantium (Afrika Utara) dan Kekaisaran Sassanid (Persia).

Penutup

Segera wujudkan impian Anda untuk melaksanakan Umrah di kota suci dengan layanan terbaik bersama Travel Umroh Rawda. Nikmati pengalaman ibadah yang berkesan dan nyaman.

Manfaatkan juga promo Travel Umrah Rawda eksklusif kami! Dapatkan fasilitas dan pelayanan terbaik dengan harga mulai dari 24,9 juta.

Buat Anda yang ingin menjelajahi keindahan destinasi wisata unggulan di Turki bisa dengan Promo Umrah Plus Turki . Temukan pengalaman perjalanan yang penuh makna dan berkesan bersama kami!

Share the Post: