Masjid Bir Ali merupakan salah satu tempat miqat makani. Namun, apakah Anda tahu sejarah Masjid Bir Ali? Simak penjelasan berikut ini, ya.
Masjid Bir Ali menjadi tempat miqat bagi jamaah haji yang berasal dari Madinah atau melewatinya. Lokasi masjid ini berada di tepi jalan raya Madinah Makkah, lebih tepatnya di Distrik Zulhulaifah yang jaraknya sekitar 9 km dari Masjid Nabawi.
Beberapa jamaah haji dan umrah dari Indonesia juga melakukan miqat di Masjid Bir Ali ini, khususnya jamaah gelombang pertama yang singgah terlebih dahulu di Madinah. Di masjid ini, para jamaah haji dan umrah melakukan shalat sunnah dua rakaat dan berniat ihram.
Masjid Bir Ali
Masjid Bir Ali dikenal dengan banyak nama. Disebut Bir (bir bermakna sumur) atau Abyar (merupakan kata jamak dari bi’r yang berarti banyak sumur) Ali karena pada zaman dahulu, Sayyidina Ali bin Abi Thalib RA menggali banyak sumur di tempat ini. Namun, bekas sumur-sumur tersebut sudah tidak terlihat lagi saat ini. Sumur-sumur tersebut telah ditutupi oleh bangunan-bangunan yang ada di sekitar masjid dan bangunan masjid itu sendiri.
Masjid Bir Ali juga dikenal sebagai Masjid as Syajarah (yang berarti pohon). Disebut demikian karena masjid ini dibangun di tempat Nabi Muhammd SAW pernah berteduh di bawah pohon sejenis akasia.
Peristiwa tersebut terjadi ketika Nabi Muhammad SAW dalam perjalanan setelah pelanggaran Perjanjian Hudaibiyah pada tahun ke-6 Hijriah (628 Masehi). Rasulullah SAW singgah di tempat ini, di bawah sebuah pohon, dan mengenakan pakaian ihram. Hal yang sama juga terjadi ketika Nabi Muhammad SAW berangkat untuk Umrah Qadha dan Haji Wada’.
Menurut Konsultan Ibadah PPIH Arab Saudi Daker Madinah yang bernama Prof. Dr. KH. Aswadi MAg, dalam Perjanjian Hudaibiyah, Rasulullah SAW dan umat muslim di Madinah tidak diperbolehkan untuk berhaji selama 10 tahun.
Akan tetapi, perjanjian tersebut gagal dikarenakan dilanggar oleh kaum Quraisy. Oleh karena itu, pada tahun ke-9 Hijriah, Nabi Muhammad SAW memaklumatkan Fathu Makkah tahun ke-10 Hijriah.
Pada tahun tersebut, Rasulullah SAW menetapkan Zulhulaifah sebagai miqat haji atau umrah bagi para umat muslim di Madinah, termasuk orang-orang yang dari dari arah kota tersebut.
Hal tersebut juga dijelaskan dalam hadis yang diriwayatkan oleh Bukhar dan Muslim. Dari Abdullah bin Abbas RA, ia berkata, “Nabi Muhammad SAW menetapkan miqat untuk penduduk Madinah di Zulhulaifah, penduduk Syam di Juhfah, penduduk Nejad di Qarnul Manazil, dan penduduk Yaman di Yalamlam.”
Nabi Muhammd SAW bersabda, “Miqat-miqat tersebut sudah ditentukan bagi penduduk masing-masing kota tersebut dan juga bagi orang lain yang hendak melewati kota-kota tadi padahal dia bukan penduduknya tetapi ia ingin menunaikan ibadah haji atau umrah. Barangsiapa yang kondisinya dalam daerah miqat tersebut, maka miqatnya dari manapun dia memulainya. Sehingga penduduk Mekkah, miqatnya juga dari Mekkah.” (HR. Bukhari dan Muslim)
Arsitektur Bangunan Masjid Bir Ali
Masjid Bir Ali merupakan salah satu masjid besar dengan denah berbentuk persegi seperti benteng pertahanan. Bangunan utama masjid ini berada di bagian tengah dan dikelilingi dengan koridor panjang.
Di sepanjang koridor ini, terdapat hiasan arcade yang di bagian sisi dalamnya berwarna kemerah-merahan. Sementara itu, tembok di bagian luar bangunan lebih banyak didominasi oleh warna krem.
Di sekeliling bangunan Masjid Bir Ali, terdapat bangunan-bangunan yang merupakan fasilitas pendukung masjid. Beberapa bangunan tersebut merupakan ratusan unit toilet, kamar mandi, tempat wudhu, klinik kesehatan, kantor pengelola, kantor petugas keamanan, dan masih banyak lagi.
Di bagian area dalam, sebagian besar merupakan jalan setapak, galeri, dan pepohonan. Di bagian atap masjid terdapat 13 kubah.
Selain itu, ada juga 5 menara yang mengelilingi seperti benteng. Salah satu menara masjid ini berbeda dari menara lainnya. Menara tersebut berbentuk segitiga di bagian bawah, tetapi berbentuk bulat diagonal di bagian atas. Menara ini memiliki ketinggian mencapai 64 meter.
Masjid Bir Ali dibangun dengan gaya arsitektur Islam. Namun, gaya arsitektur masjid ini juga dipengaruhi gaya arsitektur Mamluk dan Bizantium.
Saat mulai memasuki kawasan Masjid Bir Ali mulai dari area parkir, jamaah akan melalui gerbang tinggi dan besar dengan dua menara di bagian atasnya. Ketika memasuki bagian utama masjid, jamaah akan melihat taman-taman hijau yang teduh.
Di bagian tengah masjid terdapat pelataran tengah yang terdapat satu pancuran air di bawah bangunan berkubah kecil. Bangunan tersebut dikelilingi tanaman hijau.
Sejarah Masjid Bir Ali
Pada masa Rasulullah SAW, dikisahkan terdapat pohon jenis akasia di lokasi Masjid Bir Ali berdiri. Pohon tersebut kerap kali menjadi tempat berteduh Nabi Muhammad SAW saat miqat dalam ibadah umrah.
Pada masa pemerintahan Umar bin Abdul Aziz sebagai gubernur Madinah pada tahun 87-93 Hijriah (706-712 Masehi), tempat tumbuhnya pohon tersebut kemudian dibangun sebuah masjid kecil. Masjid tersebut dibangun kembali pada tahun 961 Hijriah (1554 Masehi), termasuk membangun tembok besar di sekeliling masjid ini yang berdiri hingga masa pemerintahan Turki Usmani.
Pada awalnya, bangunan masjid ini hanya berukuran kecil dan terbuat dari batu. Selain itu, belum ada jamaah haji maupun umrah yang menyinggahi masjid ini.
Masjid Miqat ini telah mengalami renovasi berulang kali. Renovasi besar-besaran terakhir dilakukan pada masa pemerintahan Raja Fahd (1982-2005 Masehi). Pada masa pemerintahannya, renovasi dilakukan untuk memperluas masjid berkali-kali lipat dari ukuran aslinya dan menambahkan beberapa fasilitas ibadah yang lebih mendukung.
Seiring berjalannya waktu, jumlah umat muslim yang menunaikan ibadah haji dan umrah pun semakin banyak. Menyadari hal tersebut, pemerintah Saudi pun berinvestasi secara signifikan pada Masjid Bir Ali.
Masjid Bir Ali kembali dibangun pada lahan seluas 178.000 meter persegi dengan lingkungan yang lebih tenang bagi para pengunjung. Beberapa fasilitas di masjid ini yaitu dua ruang shalat yang dipisahkan oleh halaman yang luas, sekitar 500 toilet, area khusus untuk ihram dan wudhu, tempat parkir yang luas, serta taman.
Dengan luas bangunan masjid mencapai 6.000 meter persegi, Masjid Bir Ali mampu menampung sebanyak 5.000 jamaah. Masjid ini menjadi masjid miqat terbesar kedua setelah Masjid Miqat Qarnul Manazil di as-Saylul al-Kabir.
Penutup
Demikian penjelasan mengenai Masjid Bir Ali. Setelah mempelajari sejarah Masjid Bir Ali, semoga Anda bisa menjadi salah satu umat muslim beruntung yang memiliki kesempatan untuk mengunjungi masjid miqat ini.
Travel Umroh Jakarta merupakan biro perjalanan umroh terpercaya yang sudah berdiri sejak 2003. Kepuasan para jamaah merupakan prioritas utama dari Rawda Umroh. Memiliki izin resmi dari Kementerian Agama, Rawda Travel siap mengantarkan Anda untuk menunaikan ibadah ke Tanah Suci Mekkah. Temukan berbagai paket umroh di Rawda Travel, seperti Paket Umroh Plus Turki. Anda bisa menunaikan ibadah umroh sekaligus berlibur ke Turki.