Umroh merupakan ibadah yang dianjurkan dalam agama Islam. Setiap calon jemaah harus mematuhi serangkaian larangan agar ibadahnya sah dan diterima. Artikel ini menguraikan dua belas larangan utama selama melaksanakan umroh, mulai dari pelanggaran sebelum berangkat hingga larangan saat berihram, dengan penjelasan dan dalil. Dengan memahami setiap larangan, jemaah diharapkan bisa menjalankan ibadah dengan penuh kesadaran dan kehati‑hatian.
1. Meninggalkan wajib dan rukun umroh
Larangan pertama adalah meninggalkan kewajiban atau rukun dalam ibadah umroh. Menurut Badan Pengelola Keuangan Haji (BPKH), meninggalkan wajib seperti berihram dari miqat, tawaf, sai, tahalul, dan tertib merupakan pelanggaran serius. Jemaah yang melewatkan salah satu wajib umroh harus membayar dam atau fidiah berupa puasa atau memberi makan fakir miskin.
2. Memotong rambut atau bulu
Dalam ihram, jemaah dilarang mencukur rambut dari seluruh badan atau memotong kuku hingga tahallul. Larangan ini disebutkan oleh BPKH; mencukur rambut kepala, bulu ketiak, bulu kemaluan, kumis atau jenggot merupakan pelanggaran. Pelanggar wajib berfidiah dengan berpuasa, memberi makan fakir miskin, atau menyembelih hewan.
3. Menggunting kuku
Menggunting kuku selama ihram juga dilarang. Tindakan ini dianggap memperindah diri dan mengurangi makna kesederhanaan dalam ihram. Larangan memotong kuku berlaku sejak niat ihram sampai tahallul.
4. Menutup kepala atau wajah
Laki‑laki dilarang menutup kepala dengan topi, peci atau sorban saat ihram; sementara perempuan dilarang menutup wajah dengan cadar atau sarung tangan. Hadis riwayat Bukhari menyatakan bahwa Nabi SAW melarang pria memakai kemeja, celana atau serban dan melarang wanita memakai cadar dan kaos tangan ketika ihram.
5. Memakai pakaian berjahit bagi pria
Untuk menjaga kesederhanaan, pria diwajibkan mengenakan dua lembar kain ihram tanpa jahitan. Mengenakan pakaian berjahit yang membentuk lekuk tubuh dilarang karena bisa menimbulkan kesombongan. Pakaian ihram yang sederhana mengingatkan jemaah akan persamaan di hadapan Allah.
6. Menggunakan parfum dan wewangian
Setelah berniat ihram, jemaah dilarang memakai parfum atau bahan beraroma, baik pada tubuh maupun pakaian. Hadis Aisyah menjelaskan bahwa Nabi SAW menggunakan parfum sebelum ihram dan setelah tahallul, tetapi tidak selama ihram. Penggunaan parfum diperbolehkan sebelum niat ihram, misalnya saat mandi sunnah.
7. Berburu atau membunuh hewan darat
Jemaah dilarang berburu atau membunuh hewan darat yang halal dimakan selama ihram. Al‑Qur’an Surat Al‑Maidah ayat 96 membolehkan menangkap ikan tetapi melarang berburu hewan darat saat ihram. Pelanggaran ini dikenakan fidyah jaza’ atau denda tertentu.
8. Khitbah (melamar) dan akad nikah
Melakukan khitbah atau akad nikah ketika ihram dilarang, karena ibadah seharusnya menjadi fokus utama. Jika akad nikah dilakukan saat ihram, maka akad tersebut tidak sah dan harus diulang.
9. Berhubungan intim dan mencumbu pasangan
Melakukan hubungan intim sebelum tahallul awal membatalkan ibadah haji atau umroh. Pelanggar harus menyembelih unta dan berpuasa sepuluh hari. Bahkan mencumbu istri selain kemaluan termasuk pelanggaran; jemaah harus menyembelih kambing sebagai fidiah.
10. Mengusik tanaman dan membunuh binatang kecil
Selain dilarang berburu hewan besar, jemaah juga dilarang membunuh serangga atau merusak tanaman di Tanah Suci. Bahkan memetik daun atau merusak pepohonan termasuk larangan umroh. Larangan ini bertujuan menjaga kesucian lingkungan sekitar Masjidil Haram dan menumbuhkan sikap menghormati alam.
11. Memakai kosmetik beraroma
Larangan memakai kosmetik beraroma wangi merupakan bagian dari menjaga kesederhanaan. Jemaah harus menghindari parfum atau kosmetik dengan aroma menyengat. Produk tanpa aroma dianjurkan saat menjalani rukun umroh.
12. Bertengkar dan berkata kasar
Adab dan etika adalah kunci kesuksesan ibadah. Jemaah dilarang berdebat, bertengkar atau melakukan perbuatan tidak pantas selama umroh. Sikap sopan santun dan saling menghormati harus dijunjung tinggi.
Larangan khusus bagi perempuan
Perempuan yang hendak umroh harus memperhatikan larangan khusus seperti bepergian tanpa mahram, umroh saat haid, dan berpakaian tidak syar’i. Banyak ulama dan Pemerintah Arab Saudi mensyaratkan mahram bagi wanita. Wanita yang haid tidak diperbolehkan tawaf hingga suci. Pakaian perempuan harus sopan, longgar dan menutup aurat.
Penutup
Dengan memahami dan mematuhi dua belas larangan utama selama umroh, jemaah akan mampu menjaga kesucian niat dan kesempurnaan ibadah. Melaksanakan umroh bukan sekadar memenuhi syarat fisik, tetapi juga menuntut disiplin diri dan kesadaran spiritual. Jangan lupa mempersiapkan diri secara ilmu, mental, dan finansial serta memilih paket perjalanan yang sesuai. Untuk pengalaman spiritual yang lebih lengkap, Anda bisa mempertimbangkan paket umroh plus Turki yang memungkinkan ziarah ke Turki setelah ibadah, umroh Ramadan untuk meraih keutamaan bulan suci, atau umroh plus Dubai bagi Anda yang ingin menjelajahi keindahan Dubai sebelum atau sesudah umroh. Semoga ibadah Anda diterima dan menjadi umroh mabrur. Aamiin.
—
Tulisan terkait:
- Menyingkap Misteri: Macam Macam Miqat Dalam Pelaksanaan Umroh
- Melaksanakan Umroh Sebelum Pergi Haji, Apa hukum Umroh Sebelum Pergi Haji?
- Makna Tawaf yang Dilakukan 7 Kali dan Berlawanan Arah Jarum Jam, beserta keutamaannya
- Apa Itu Tawaf Ifadah? Berikut Syarat dan Tata Cara Pelaksanaannya
- Hukum haji dan umrah menggunakan uang haram, apakah ibadahnya diterima?
- Strategi / Cara Menghadapi Kerumunan Saat Tawaf agar tidak Terpisah dari Rombongan
- Mengenal Arti Haji Mabrur: Pengertian dan Cara Memperolehnya
- Mengenal Tahallul Simbol Penutup Ibadah Haji dan Umroh
- Tips dan Trik Bagi Calon Jemaah Haji dan Umroh agar Terhindar dari Hipertensi
- 30+ Contoh Ucapan Titip Doa Umroh