Dalam melaksanakan ibadah haji di tanah suci Mekkah, ada beberapa rangkaian ibadah dan ritual yang harus dilakukan oleh para jamaah, salah satunya yaitu lempar jumroh. Melalui artikel ini, Anda akan lebih mengenal lempar jumroh.
Sebagai salah satu rukun Islam, haji merupakan ibadah yang wajib dilakukan oleh umat muslim yang mampu. Mampu disini tidak hanya mampu secara finansial, tetapi juga mampu secara fisik dan mental.
Mengenal Lempar Jumroh
Lempar jumroh termasuk dalam ritual ibadah haji yang biasanya dilakukan paling akhir. Proses lempar jumroh ini dilakukan oleh jamaah haji ketika berada di Mina yang terletak sekitar enam kilometer arah timur laut dari Ka’bah.
Pada proses lempar jumroh ini, para jamaah haji akan melemparkan kerikil pada tiga tiang. Tiga tiang tersebut melambangkan tiga setan yang mencoba menggoda Nabi Ibrahim ketika hendak mengorbankan putranya yang bernama Ismail atas perintah Allah SWT.
Lempar jumroh dilakukan pada tanggal 10, 11, dan 12 Dzulhijjah setelah mabit di Muzdalifah pada malam hari. Para jamaah akan melempar tujuh kerikil ke masing-masing tiang dengan menggunakan tangan kanan sambil mengucapkan takbir.
Sejarah Lempar Jumroh
Sejarah mengenai lempar jumroh sudah ada sejak zaman Nabi Ibrahim AS. Dalam sebuah buku berjudul Kisah Bapak dan Anak dalam Al-Qur’an karya Adil Musthafa Abdul Hakim, dijelaskan bahwa lempar jumroh dilakukan karena iblis berusaha menghalangi Nabi Ibrahim AS ketika hendak melaksanakan perintah Allah SWT untuk menyembelih putranya.
Imam al Qurtubi menyebut sebuah riwayat dari Ibnu Abbas RA bahwa iblis berusaha menghalangi Nabi Ibrahim AS di al-Jamaraat sebanyak tiga kali. Oleh karena itulah, Nabi Ibrahim AS melempari iblis yang berusaha menghalanginya itu dengan kerikil. Hal tersebut terus ia lakukan hingga ia tiba di Jumrah terakhir.
Ibnu Abbas RA juga meriwayatkan bahwa penyembelihan tersebut terjadi di tempat pelemparan kerikil. Namun, ada pendapat lain yang mengatakan bahwa penyembelihan tersebut berada di gurun pasir yang terletak di Gunung Tsubeir (Tsabir) yang berada di Mina.
Dalam sebuah buku berjudul Sejarah Ibadah karya Syahruddin El Fikri, dikisahkan bahwa gangguan iblis pertama kali yang dimaksud pada cerita ini adalah meminta Nabi Ibrahim AS untuk mengurungkan niatnya menyembelih putranya. Akan tetapi, Nabi Ibrahim AS mengetahui bahwa upaya iblis tersebut bertujuan agar dirinya tergoda dan tidak menaati perintah Allah SWT.
Nabi Ibrahim AS akhirnya mengambil tujuh kerikil dan melemparkan kepada iblis. Saat ini, proses lempar batu ini dinamakan jumroh ula (pertama).
Ketika mengetahui upaya pertamanya gagal, iblis dalam wujud aslinya membujuk istri Nabi Ibrahim AS yang bernama Siti Hajar untuk melarang suaminya menyembelih Nabi Ismail AS. Akan tetapi, Siti Hajar juga menolaknya dan melempari iblis tersebut dengan batu. Peristiwa lempar batu ini terjadi di tempat yang sekarang menjadi tempat melempar jumroh wustha (pertengahan).
Setelah mendapatkan penolakan dua kali, iblis tetap tidak menyerah. Setelah gagal menggoda Nabi Ibrahim AS dan Siti Hajar, ia pun beralih untuk menggoda Nabi Ismail AS. Iblis menganggap iman Nabi Ismail AS sehingga akan tergoda untuk melakukan godaan iblis.
Namun, Nabi Ismail AS memiliki pendirian yang teguh. Ia yakin bahwa perintah untuk menyembelih dirinya datang dari Allah SWT langsung.
Nabi Ismail AS pun mengambil batu dan melemparkannya ke iblis. Peristiwa ini dinamakan jumroh aqabah.
Tempat untuk melempar jumroh seperti yang dilakukan oleh Nabi Ibrahim AS, kini dilakukan di sebuah pilar atau tiang pipih yang berada di Mina. Tiang tersebut merupakan simbol dari iblis dan hawa nafsunya.
Makna Lempar Jumroh
Setelah mengetahui sejarah pelaksanaan lempar jumroh, Anda dapat mengetahui makna dari proses lempar jumroh ini. Lempar jumroh mengajarkan umat muslim mengenai pentinya untuk tidak tergoda akan ajakan setan ketika mengerjakan perintah Allah SWT.
Dalam sejarah lempar jumroh di atas, disebutkan bahwa setan mencoba menggoda dan menghalangi Nabi Ibrahim AS yang hendak menyembelih putranya atas perintah Allah SWT. Akan tetapi, Nabi Ibrahim AS tidak tergoda dan menunjukkan kekuatan imannya dengan menolak godaan setan tersebut.
Melalui lempar jumroh, para jamaah haji diingatkan mengenai pentingnya mengendalikan hawa nafsu, mengikuti perintah Allah SWT, serta menolak segala bentuk godaan yang akan menghalangi mereka dalam menjalankan perintah Allah SWT. Proses lempar jumroh ini juga melambangkan kekuatan serta keberanian untuk melawan godaan setan yang berusaha menggoda manusia.
Tata Cara Lempar Jumroh
Rangkaian proses lempar jumroh dimulai dengan jamaah haji menuju Mina pada tanggal 8 Dzulhijjah. Kemudian setelah melaksanakan ibadah mabit di Muzdalifah pada malam hari, para jamaah haji akan berangkat menuju Jamarat Bridge pada pagi hari tanggal 10 Dzulhijjah. Jamarat Bridge ini merupakan tempat tiga tiang yang melambangkan setan berada.
Setelah tiba di Jamarat Bridge, para jamaah haji akan melempar tujuh kerikil ke tiang pertama dengan menggunakan tangan kanan sembari mengucapkan takbir. Setelah melemparkan kerikil di tiang pertama, para jamaah haji akan melanjutkan pada tiang kedua kemudian tiang ketiga dengan masing-masing tujuh lemparan.
Berikut ini adalah beberapa ajaran yang sudah dilakukan Rasulullah SAW mengenai lempar jumroh.
- Melempar batu kerikil ke arah tiang sebanyak tujuh kali lemparan (satu kerikil untuk satu lemparan).
- Batu yang dilemparkan untuk jumroh tidak harus mengenai tiang jumroh. Akan tetapi, usahakan agar batu tersebut jatuh di dalam kubangan.
- Proses lempar jumroh dilakukan secara urut, yaitu 10 Dzulhijjah untuk lempar jumroh Aqobah kemudian 11, 12, dan 13 Dzulhijjah untuk lempar jumroh Syugro, Wustha, dan Aqobah.
- Apabila jamaah haji tidak dapat melempar jumroh pada tanggal yang sudah ditetapkan, mereka dapat menggantinya di tanggal 13 Dzulhijjah.
- Apabila ingin mewakili lempar jumroh untuk orang lain, maka pastikan sudah melakukan lempar jumroh untuk dirinya sendiri terlebih dahulu.
- Batu kerikil yang digunakan untuk lempar jumroh merupakan batu yang sudah disiapkan (tidak masalah apabila batu tidak mengenai tembok, tetapi tidak diperbolehkan melempar batu ke kubangan saja).
- Ketika melempar jumroh, diwajibkan membaca takbir dan doa yang sudah ditetapkan.
Penutup
Itu dia beberapa informasi untuk mengenal lempar jumroh. Perlu diingat, lempar jumroh ini tidak hanya sekedar melempar batu ke tiang agar masuk ke kubangan. Akan tetapi, lempar jumroh ini juga menjadi pengingat untuk umat muslim agar taat menjalankan perintah Allah SWT dan tidak mudah tergoda oleh bisikan setan.
Travel Umroh Rawda merupakan biro perjalanan umroh terpercaya yang sudah berdiri sejak 2003. Kepuasan para jamaah merupakan prioritas utama dari biro perjalanan umroh ini. Memiliki izin resmi dari Kementerian Agama, Rawda Travel siap mengantarkan Anda untuk menunaikan ibadah ke Tanah Suci Mekkah. Temukan berbagai paket umroh di Rawda Travel, seperti Paket Umroh Plus Turki. Anda bisa menunaikan ibadah umroh sekaligus berlibur ke Turki.