Sejarah Awal Mula Kota Mekkah: Kisah Nabi Ibrahim, Siti Hajar dan Ismail Bayi di Makkah

awal mula kota Mekkah

Ka’bah yang berada di kota Mekkah adalah kiblat seluruh umat muslim ketika beribadah. Sejarah awal mula kota Mekkah ini berkaitan dengan kisah Nabi Ibrahim, Siti Hajar, dan Ismail. 

Secara geografis, letak kota Mekkah berada di sekitar 72 kilometer dari pusat perekonomian Arab Saudi, Jeddah. Sementara itu, jika diukur dari Madinah, kota Mekkah berada di sekitar 400 kilometer. 

Penasaran dengan sejarah awal mula kota Mekkah? Simak penjelasan berikut, yuk.

awal mula kota Mekkah

Awal Mula Kota Mekkah

Dulunya, Mekkah hanyalah sebuah kota kecil yang menjadi tempat tinggal anak cucu Nabi Adam AS. Kemudian pada zaman Nabi Nuh AS, Mekkah mengalami banjir besar. 

Mekkah mulai dibangun kembali pada zaman Nabi Ibrahim AS. Perkembangan kota Mekkah ini bermula ketika Nabi Ibrahim AS diperintahkan untuk meninggalkan Siti Hajar dan Nabi Ismail yang masih kecil di tengah padang gurun. 

Bagaimana kisah awal mula kota Mekkah. Berikut ini adalah penjelasan lengkapnya.

1. Sebelum Nabi Ibrahim Pergi Menuju Mekkah

Nabi Ibrahim AS dikisahkan memiliki dua istri bernama Siti Sarah dan Siti Hajar. Hingga usianya sudah semakin tua, Nabi Ibrahim tidak kunjung dikaruniai seorang anak. 

Kemudian, pada akhirnya Siti Hajar pun melahirkan Nabi Ismail. Hingga pada saat itu pun Siti Sarah juga tidak kunjung hamil sementara usianya sudah semakin tua. 

Siti Sarah adalah seseorang yang memberikan Siti Hajar kepada Nabi Ibrahim. Meskipun demikian, sebagai seorang perempuan ia tidak bisa menghilangkan rasa cemburu yang ada di hatinya. 

Akhirnya pun Siti Sarah mengatakan jika dirinya tidak ingin untuk tinggal bersama dengan Siti Hajar dan Nabi Ismail. Hal tersebut juga disebutkan dalam sebuah hadis. Dalam hadis yang diriwayatkan oleh Al-Bukhari, Ibnu Abbas r.a. berkata yang artinya adalah sebagai berikut. 

“… Dan sebagai lazimnya seorang istri, Siti Sarah merasa telah dikalahkan oleh Siti Hajar sebagai seorang dayangnya yang diberikan kepada Nabi Ibrahim AS. Dan sejak saat itulah, Siti Sarah merasa bahwa Nabi Ibrahim AS lebih banyak mendekati Siti Hajar karena merasa gembira dengan putra tunggal dan putra pertamanya itu, hal ini menyebabkan permulaan adanya keretakan dalam rumah tangga Nabi Ibrahim AS sehingga Siti Sarah pun merasa tidak tahan hati apabila melihat Siti Hajar dan meminta pada Nabi Ibrahim AS agar menjauhkannya dari matanya dan menempatkannya di lain tempat.”

Kemudian, seorang ahli tafsir bernama Imam Al Tsa’labi meriwayatkan jika pada saat itu turunlah perintah Allah SWT kepada Nabi Ibrahim untuk membawa Siti Hajar serta Nabi Ismail ke tanah Mekkah. 

Setelah mendapat perintah dari Allah SWT, Nabi Ibrahim pun berangkat menuju tanah Mekkah bersama Siti Hajar dan Nabi Ismail yang masih bayi. Mereka menuju Mekkah dengan menggunakan seekor unta. 

2. Nabi Ibrahim Meninggalkan Siti Hajar dan Nabi Ismail

Setelah menempuh perjalanan hingga berminggu-minggu lamanya, ketiganya pun tiba di Mekkah. Unta Nabi Ibrahim berhenti di tempat dimana Masjidil Haram kini berdiri. 

Nabi Ibrahim pun meninggalkan Siti Hajar dan Nabi Ismail dengan bekal makanan dan minuman yang hanya tersisa sedikit. Padahal, tidak ada tumbuh-tumbuhan dan air yang mengalir di tempat Siti Hajar dan Nabi Ismail ditinggalkan. 

Ketika hendak ditinggalkan, Siti Hajar terus memohon kepada Nabi Ibrahim. Akan tetapi, setelah mengetahui jika Nabi Ibrahim meninggalkannya atas perintah Allah SWT, Siti Hajar pun ikhlas. 

Meskipun merasa berat untuk meninggalkan istri dan putra yang begitu disayanginya, Nabi Ibrahim tetap patuh pada perintah Allah SWT. Nabi Ibrahim pun meninggalkan Siti Hajar dan Ismail yang telah dinantikannya selama puluhan tahun. 

Nabi Ibrahim pun berkata kepada Siti Hajar, 

“Bertawakallah kepada Allah yang telah menentukan kehendak-Nya, percayalah kepada kekuasaan-Nya dan rahmat-Nya. Dialah yang memerintah aku membawa kamu kesini dan Dialah yang akan melindungimu dan menyertaimu di tempat yang sunyi ini. Sesungguhnya kalau bukan karena perintah dan wahyunya, tidak sekalipun aku tergamak (bimbang) untuk meninggalkan kamu disini seorang diri bersama putraku yang sangat aku cintai ini. Percayalah wahai Hajar bahwa Allah Yang Maha Kuasa tidak akan menelantarkan kamu berdua tanpa perlindungan-Nya. Rahmat dan barakah-Nya akan tetap turun di atas kamu untuk selamanya, insya Allah.”

Setelah mendengar kata-kata tersebut, Siti Hajar pun melepaskan genggamannya pada Nabi Ibrahim. Nabi Ibrahim pun meninggalkan Mekkah dan kembali menuju Palestina. 

Selama di perjalanan, Nabi Ibrahim terus memohon kepada Allah SWT untuk senantiasa memberikan perlindungan, rahmat, berkah, serta karunia rezeki bagi Siti Hajar dan Ismail yang ditinggalkannya di tempat asing tersebut. 

Kisah tersebut disebutkan dalam Surat Ibrahim ayat 37 yang artinya adalah sebagai berikut, 

“Ya Rabb kami, sesungguhnya aku telah menempatkan sebagian keturunanku di lembah yang tidak memiliki tanaman di dekat rumah Engkau (Baitullah) yang dihormati. Ya Rabb kami (yang demikian itu) agar mereka mendirikan shalat, maka jadikanlah hati sebagian manusia cenderung kepada mereka dan berikan rizki pada mereka dari buah-buahan, semoga mereka bersyukur.” (QS. Ibrahim ayat 37)

Setelah beberapa saat Nabi Ibrahim pergi, air susu Siti Hajar pun mengering. Hal tersebut disebabkan karena dirinya kurang asupan makan serta minum. 

Nabi Ismail yang pada kali itu masih bayi pun mulai menangis karena merasa lapar dan haus. Siti Hajar kemudian berusaha mencari makanan dan air. 

Ia berlari menuju bukit Shafa yang merupakan gunung paling dekat dengan dirinya. Akan tetapi, ia tidak bisa menemukan air maupun orang yang dapat ia mintai pertolongan. 

Kemudian, Siti Hajar turun dari bukit Shafa dan menuju lembah hingga sampailah ia di bukit Marwa. Sama seperti di bukit Shafa, Siti Hajar tidak menemukan di bukit Marwa. 

Oleh karena itulah, ia kembali berlari menuju bukit Shafa lalu kembali lagi ke bukit Marwa. Siti Hajar terus berlari dari bukit Shafa ke bukit Marwa sebanyak 7 kali. Berlari kecil dari bukit Shafa ke bukit Marwa sebanyak 7 kali ini kemudian menjadi salah satu rukun dalam melaksanakan ibadah haji dan umroh yang disebut Sa’i. 

Dalam sebuah riwayat, ketika Siti Hajar sudah merasa putus asa, Allah SWT mengirimkan pertolongan-Nya melalui malaikat Jibril. 

Malaikat Jibril bertanya kepada Siti Hajar, “Siapakah sebenarnya Engkau ini?”

Siti Hajar pun menjawab, “Aku adalah hamba sahaya Ibrahim.”

Jibril kembali bertanya, “Kepada siapa engkau dititipkan disini?”

Siti Hajar menjawab, “Hanya kepada Allah.”

Setelah itu, Jibril pun berkata, 

“Jika demikian, maka engkau telah dititipkan kepada Dzat Yang Maha Pemurah lagi Maha Pengasih yang akan senantiasa melindungimu, mencukupi keperluan hidupmu, dan tidak akan menyia-nyiakan kepercayaan ayah putramu kepada-Nya.”

Kemudian, Jibril mengajak Siti Hajar menuju suatu tempat lalu Jibril menginjakkan telapak kakinya di atas tanah dengan sangat kuat. Dari atas tanah tersebut kemudian keluar air. Air tersebut adalah air Zamzam yang hingga saat ini tidak pernah habis meskipun selalu digunakan oleh seluruh umat muslim di dunia saat melaksanakan ibadah di Tanah Suci Mekkah. 

Air yang keluar dari tanah tersebut menyebabkan banyak burung beterbangan. Hal tersebut menarik perhatian dari sekelompok bangsa Arab yang disebut suku Jurhum. 

Pada kala itu, suku Jurhum sedang merantau dan berkemah di sekitar tempat Siti Hajar dan Ismail. Ketika mengetahui ada burung di udara, mereka yakin jika di bawah tempat burung-burung tersebut terbang terdapat sumber air. 

Beberapa orang dari suku Jurhum pun datang dan melihat lokasi dimana burung-burung beterbangan. Setelah memastikan kebenaran akan adanya air, suku Jurhum pun akhirnya memindahkan perkemahannya di sekitar lokasi air Zamzam keluar. 

Kedatangan suku Jurhum tersebut disambut dengan sangat baik oleh Siti Hajar. Dengan kedatangan suku Jurhum tersebut, kesepian yang dirasakan oleh Siti Hajar pun hilang. 

Penutup

Itu dia kisah awal mula kota Mekkah. Berawal dari kota yang kecil dan gersang tanpa adanya tumbuhan dan air di sekitarnya, kini Mekkah menjadi kota yang megah dengan bangunan bersejarah dan sumur Zamzam yang tidak pernah kering hingga saat ini. 

Travel Umroh Rawda merupakan biro perjalanan umroh terpercaya yang sudah berdiri sejak 2003. Kepuasan para jamaah merupakan prioritas utama dari biro perjalanan umroh ini. Memiliki izin resmi dari Kementerian Agama, Rawda Travel siap mengantarkan Anda untuk menunaikan ibadah ke Tanah Suci Mekkah. Temukan berbagai paket umroh di Rawda Travel, seperti Paket Umroh Plus Turki. Anda bisa menunaikan ibadah umroh sekaligus berlibur ke Turki.  

Share the Post: